Sumber Gambar: www.jabarekpres.com
LAPORAN PENILITIAN
PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA
( Studi Kasus Di
Sekolah Berbasis Pesantren SMK Roudlotus
Saidiyyah Desa Sukarejo Gunungpati Semarang)
Mata
Kuliah : Pengantar Sosiologi
Dosen
Pengampu : Thohir Yuli Kusmanto, S.
Sos., M. SI
Disusun Oleh :
NURHALIMAH
1606026002
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2016
A.
LATAR
BELAKANG
Pendidikan Islam merupakan salah satu bidang studi islam yang
mendapat banyak perhatian dari para ilmuwan. Hal ini karena di samping perannya yang amat strategis dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia, juga
karena di dalam pendidikan Islam terdapat
berbagai masalah yang kompleks dan memerlukan penanganan segera.[1]
Pendidikan agama islam harus mampu
mencetak siswa siswinya untuk membentuk
akhlak dan moral yang baik
dalam kepribadian siswa. Sebagai umat
Islam sudah sepantasnya menunjukan akhlak yang baik dalam kehidupan
sehari-hari. Akhlak tersebut terdapat di dalam
ruang lingkup akhlak islam yang sama dengan ruang lingkup ajaran Islam itu sendiri,
khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan atau berinteraksi dan komunikasi,
dimulai dari akhlak tersebut mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak
terhadap Allah hingga akhlak terhdap sesama makhluk.[2]
Ada satu kegelisahan
dan kecemasan yang dirasakan oleh
masyarakat saat ini ketika melihat peserta didik sebagai penerus generasi anak
bangsa belakangan ini sudah mulai pudarnya nilai-nilai moral serta etika layaknya seorang pelajar seperti adanya
aksi tawuran antar pelajar, kekerasan di lingkungan sekolah, pacaran yang di
luar batas, sikap acuh terhadap orang tua serta guru, penggunaan
obat-obatan terlarang serta minuman
keras. Hal ini sudah sangat tidak mencerminkan lagi sebagai seorang pelajar, biasanya hal tersebut terjadi karena
adanya berbagai faktor baik itu faktor internal seperti kurangnya perhatian khusus dari keluarga, buta terhadap agama,
serta sikap individu yang tertutup.
Begitu juga dengan faktor eksternal
yaitu adanya pergaulan di lingkungan yang kurang sehat serta institusi
pendidikan yang kurang memberikan
perhatian khusus serta fasilitas
yang kurang memadai sehingga timbulah rasa kurang nyaman dan lebih suka memilih kehidupan di
luar sana yang lebih menyenangkan
dibandingkan berada di lingungan sekolah. Oleh karena itu, peran guru yang menjadi
tenaga pendidik di sekolah perlu menggunakan hasil-hasil penyelidikan Psikologi
dalam menjalankan tugasnya, sehingga dapat memahami anak
didiknya dan dapat mencari jalan keluar dalam
suatu permasalahan yang dihadapi
peserta didik. Terutama peran guru pendidikan agama Islam harus benar-benar
mampu membimbing anak didiknya untuk menjadikan anak didiknya itu agar menjadi
siswa yang lebih baik lagi sopan dalam berbicara serta santun dalam
berperilaku.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang dalam pendahuluan di atas maka permasalahan yang
menjadi fokus penelitian ini yaitu:
1. Apakah peran guru pendidikan agama Islam sangat
penting dilakukan terhadap pembentukan ahklak siswa ?
2. Bagaimana
proses sistem pembelajaran yang
dilakukan oleh guru pendidikan agama
Islam terhadap pebentukan akhlak siswa ?
.
C.
TUJUAN
PENELITIAN
1. Mengetahui
peran guru pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa.
2. Mengetahui
proses sistem pembelajaran guru pendidikan agama Islam terhadap pembentukan
akhlak siswa.
D.
MANFAAT
PENELITIAN
1. Manfaat Praktis
Penelitian
ini secara praktis diharapkan dapat memberikan pengaruh dari peran guru
pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa.
2. Manfaat
Teoritis
Secara
teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah pemahaman mengenai sistem pembelajaran yang dilakukan
oleh guru pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa.
E.
LANDASAN
TEORI
Pendidikan agama islam harus mampu mencetak siswa siswinya untuk membentuk akhlak dan
moral yang baik dalam kepribadian
siswa. Sebagai umat Islam sudah sepantasnya menunjukan akhlak yang baik dalam
kehidupan sehari-hari. Akhlak tersebut terdapat di dalam ruang
lingkup akhlak islam yang sama
dengan ruang lingkup ajaran Islam itu
sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan atau berinteraksi dan
komunikasi, dimulai dari akhlak tersebut
mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah hingga akhlak
terhdap sesama makhluk.[3]
Menurut Al-Mawardi proses pembentukan
idealisasi karakter Musim lebih didasari suatu
pandangan, bahwa jika manusia tidak dapat berkembang tanpa pendidikan ( ta’dib tahzib).
Berdasarkan pandanganya itu, karena jiwa itu mempunyai kecenderungan alami
untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Mulai dari adanya unsur negatif
pada jiwa yang berupa nafsu ( al-hawa, al-shahwah ), maka jalan terbaik
untuk melawan nafsu tersebut adalah pelatihan diri ( al-tajribah,al mu’anah dan
al-riyadah ). Proses pelatihan tersebut menjadi efektif, jika ada pembimbing
yang dapat mengarahkan dan mengoreksi berbagai kekeliruan yang dilakukan
seorang anak. Orangtua dan para guru
mengemban misi untuk mengarahkan karakter anak melalui proses pendidikan dan
pengajaran. Melalui proses pendidikan itu, seorang guru akan menanamkan rasa
cinta dan ketertarikan seorang anak pada ilmu pengetahuan. Karena
ilmupengetahuan pada hakikatnya merupakan simbol kemuliaan tertinggi bagi
setiap orang. Secara normatif, al-mawardi
melihat, bahwa tanpa pengetahuan yang luas dan kuat yang bertumpu pada
ilmu pengetahuan yang luas dan kuat yang bertumpu pada ilmu pengetahuan
keagamaan yang paling luhur, maka tidak akan ada realisasi moral. Hal itu
menjadi keyakinannya, karena pengetahuan itu akan membuka jalan petunjuk Ilahi,
yang pada giliranna mengimpiplikasikan pada peningkatan kualitas peribadatan.
Pandangan al-Mawardi ini, tidak menafikan pentingnya peranan ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya. Karena penghambaan seseorang kepada Khaliq-nya tidak lain
diimplementasikan melalui segala dinamika kehidupan sebagai pesan ke- khalifah-an di bumi ini.
Hasil dari proses
pendidikan yang baik adalah terbentuknya
perkembangan kognitif seorang, yang pada gilirannya berperan mengarahkan perilaku moralnya. Melalui kekuatan akalnya, seorang
anak mampu menghargai perilaku moralnya serta mampu menghargai hal yang paling baik ( istihsan)
dan apa yang berguna. Pada saat yang sama seseorang akan mampu
mengendalikan nafsu dan keinginan yang besar. Al Mawardi memisahkan antara “aturan-aturan disiplin dan perubahan
karakter” dan “aturan bertingkah laku
yang baik”. Hal tersebut di atas membuktikan konsistensinya terhadap pentingnya
perilaku individual dan perilaku masyarakat. Keduanya harus dipadukan menjadi satu
untuk membentuk karakter
yang ideal, karena semua kebijakan
selalu memiliki tujuan ganda, individu dab kolektif.[4]
F.
METODE
PENELITIAN
1.
Jenis
penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriftif
kualitatif menekankan pada data yang digali di lapangan dengan tertentu,
kemudian diilustrasikan dalam kalimat dengan mengkategorikan berdasarkan
karakter tertentu, kemudian diambil kesimpulan.
2.
Lokasi
penelitian
Lokasi
penelitian adalah di Sekolah Berbasis Pesantren SMK Roudlatus Saidiyyah Desa
Sukorejo Gunungpati Semarang.
3.
Teknik
Pengambilan Data
a. Indep
Interview, dilakukan terhadap guru pendidikan agama Islam, beserta siswa dan
siswi yang ada di Sekolah Berbasis Pesantren SMK Roudlatus Saidiyyah Desa
Sukoreja Gunungpati Semarang.
b. Dokumentasi.
dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai dokumen mengenai
kebijakan-kebijakan yang ada di Sekolah Berbasis Pesantren SMK Roudlatus
Saidiyyah Desa Sukoreja Gunungpati Semarang.
G.
TEMUAN-TEMUAN
PENILITIAN
1. Urgensi pendidikan agama Islam dalam
pembentukan akhlak siswa
Setiap individu mempunyai karakter
dan kebiasaan yang berbeda-beda antara
individu satu dengan individu yng
lainnya. biasanya hal ini terjadi karena kehidupan dan latar belakang keluarga yang berbeda pula sehingga menjadi
faktor utama dalam pembentukan karakter
seseorang, ada yang karakternya lemah lembut, sopan, baik hati, pemarah,
pemurung, dll itulah sifat manusia yang telah dikodratkan oleh Tuhan Yang Maha
Esa yang patut dikenali dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga hal tersebut dapat
menumbuhkan sikap toleransi dalam kehidupan ber masyarakat.
.....”Pendidikan agama Islam itu sangat penting
dipelajari karena pada mata pelajaran ini terdapat berbagai materi serta teori
mengenai habblumminallah, hablumminnas,dan hablumminalalam, tidak hanya belajar
dari teori yang ada namun praktek di lapangan sendiri sering dilakukan seperti
kegiatan sholat dhuha, bershodaqoh, adanya kegiatan mengaji pada saat jam
pelajaran karena ini memang sudah program yang diterapkan di sekolah ini.
Sehingga secara tidak langsung pada kesempatan ini saya dapat meningkatkan rasa
keimanan serta ketaqwaan terhadap Allah, serta ingin selalu berbuat baik
terhadap orang lain dan memperbaiki diri untuk menjadi anak yang berahklakul
karimah. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam ini sangat mempengaruhi dalam
proses pembentukan akhlak atau karakter.siswa hususnya saya pribadi”.......[5]
.
Oleh karena itu, selain peran dari keluarga yang merupakan faktor utama
terhadap pembentukan karakter siswa. Namun, peran lingkungan tempat bermain
serta peran pendidikan j uga sangat mempengaruhi terhadap proses
pembentukan karakter siswa, dimana pada
saat itulah siswa mulai beradaptasi terhadap lingkungan baru dan mampu memilih
serta memilah teman yang disukainya dari proses tersebut kemungkinan besar
siswa dapat terpengaruh oleh hal-hal yang negatif dan hal-hal yang positif ,
semua ini dikembalikan kepada diri
masing-masing sejauh mana setiap individu dapat membedakan dan menempatkan hal
yang positif maupun yang negatif. Sehingga, perlu adanya pengawasan yang ketat
dari pihak keluarga maupun pihak sekolah dalam mengawasi anak didiknya. Tidak
hanya itu, dalam dunia pendidikan perlu
adanya pendidikan agama Islam karena pada bidang studi ini terdapat
materi-materi yang mengandung nilai-nilai religius terutama dalam meningkatkan
keimanan serta ketaqwaan terhadap sang
khaliq, mengajarkan tentang budi pekerti yang baik serta berupaya untuk
menjauhi perbuatan yang dianggap menyimpang dari ajaran Tuhan. Pendidikan agama
Islam tidak hanya mengajarkan melalui
teori semata, namun biasanya mengajarkan praktek lapangan juga seperti praktek
sholat, bershodaqoh, saling membantu orang lain, mengadakan kegiatan bakti
sosial dll. Sehingga, pada saat itu mulai tertanam sikap atau karakter yang
bersifat progresif dalam hal kebaikan,bahkan siswa dapat mengambil hikmahnya
serta membiasakan diri untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.
Selain
itu, orang tua merupakan peran utama dalam pembentukan karakter anak sejak
dini, semua yang dilakukan oleh orang tua mulai dari tingkah laku maupun
kebiasaan sehari-harinya akan ditiru oleh anak tersebut. Namun, perlu diketahui
bahwa setelah menginjak dewasa anak
tersebut dapat dengan mudah untuk meniru perilaku serta sikap terhadap hal-hal
yang baru baik itu pengaruh dari media sosial, teman sebayanya,maupun pergaulan
yang sedang ngetrend. Oleh karena itu,
orang tua harus cermat dalam memperhatikan anaknya supaya tidak
terjerumus ke dalam hal-hal yang bersifat negatif, baik itu dengan memberikan
kesempatan untuk memberikan pendidikan
serta pelajaran di luar rumah seperti pendidikan di sekolah, pendidikan dibagi
menjadi dua yaitu pendidikan formal dan informal.
Dari
hal tersebut disimpulkan bahwa pendidikan itu terbagi menjadi dua bagian.
Semuanya penting dalam kehidupan untuk menuju kehidupan yang lebih baik,serta
tidak hanya itu melainkan peran orang tu juga harus bisa memberikan dukungan
moral maupun materi dan bertanggung jawab atas semua itu. Setelah orang tua
memberikan amanat kepada guru untuk mendidik anaknya untuk menggali ilmu, menjadi yang lebih baik dan berakhlakul
karimah, bukan berarti peran orang tua cukup sampai disini melainkan orang tua
juga berperan penting dibalik layar. Dalam dunia pendidikan terdapat banyak
materi pelajaran sebagai bahan kajian dalam sistem kegiatan belajar mengajar di
sekolah yang penting untuk dipelajari,
namun selain itu terdapat mata pelajaran yang sangat penting terhadap proses
pembentukan karakter siswa yaitu pendidikan agama Islam.
2.
Peran
guru pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa melalui proses
kegiatan belajar mengajar
Peran
guru pendidikan agama Islam sangat mempengaruhi terrhadap proses pembentukan
karater siswa, karena guru adalah salah
satu faktor utama dalam pembentukan karakter siswa. Sehingga, guru tidak hanya mengajarkan teori
yang ada, akan tetapi akhlak atau moral itulah yang paling penting. Karena itu,
merupakan bentuk pengarahan untuk menentukan jati dirinya, sikap guru juga
harus mencerminkan akhlak mulia sehingga ia bisa menjadi panutan serta suri
tauladan bagi siswa. Pendidikan agama Islam merupakan pondasi utama dalam
pembentukan karakter siswa selain dari mata pelajaran yang lainnya. Seorang
guru harus mempunyai cara-cara tersendiri untuk mengikat perhatian dari
siswa-siswinya, sehingga secara perlahan
siswa mampu menilai serta meniru sikap yang baik. Proses kegiatan belajar mengajar
biasanya menggunakan sistem presentasi, layar proyektor, diskusi, ulangan
harian, sistem tanya jawab, serta praktek lapangan seperti kegiatan sholat
dhuha dilanjutkan dengan kegiatan ngaji mengaji.
.......” Supaya efektif dalam
kegiatan belajar mengajar biasanya guru menggunakan teori yang ada tentang isi
materi pada pelajaran ini dengan cara ceramah di depan siswa. Namun, banyak
keluhan yang disampaikan oleh siswa bahwa cara tersebut tidak menyenangkan melainkan
yang ada hanya rasa jenuh dan bosan. Untuk menangani problem tersebut perlu
adanya perubahan sistem pembelajaran dikelas melalui diskusi bersama,
presentasi, memakai Lcd proyektor, ulangan harian. Hal ini dilakukan dengan tujuan supaya siswa siswi tidak merasa jenuh
dalam mengiuti pelajaran ini.Tidak hanya menggunakan teori belaka yang
dilaksanakan, namun karena sekolah ini
berbasis pesantren maka kegiatan praktek seperti sholat dhuha berjamaah
dilanjutkan dengan kegiatan mengkaji kitab kuning sesuai dengan aturan yang
diterapkan di sekolah ini”[6].......
Guru
sebagai tenaga pendidik harus benar-benar sudah matang dalam mempersiapkan diri
langkah sebelum mengajar yaitu menetukan
tujuan dari pembelajaran, harus mengetahui tingkat kemampuan anak didiknya,
serta siap untuk menjadi suri tauladan terhadap muridnya. Karena, tidak semua
sikap siswa sesuai dengan harapan dan tidak sedikit terdapat siswa yang
berperilaku kurang baik, untuk mengatasi hal tersebut guru harus sudah
mempunyai cara tersendiri baik itu dengan cara memberikan sanksi baik itu
dengan teguran apabila tidak mengalami perubahan kemudian bisa memberikan skore
sesuai dengan peraturan yang ada, bahkan bisa melakukan dengan cara panggilan
dari yang berwajib.
H.
KESIMPULAN
Pendidikan
agama Islam merupakan pendidikan yang sangat penting untuk diterapkan selain
dari mata pelajaran yang lain, karena pendidikan agama Islam merupakan pondasi
utama dalam proses pembentukan karakter siswa, dan salah satu mata pelajaran
yang mengajarkan tentang hablumminallah,
hablumminanaas, hablumminalalam
dengan tujuan membentuk karakter siswa yang berakhlakul karimah.
Peran
guru pendidikan agama Islam sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan
karakter atau akhlak siswa. Guru harus mempunyai strategi sendiri sebelum
mengajar seperti menyusun tujuan dari
pembelajaran, mengetahui tingkat kemampuan siswa. Karena, guru adalah salah
satu faktor dalam pembentukan karakter siswa sehingga guru tidak hanya
mengajarkan teori yang ada akan tetapi akhlak atau moral itulah yang paling
penting. Sistem pembelajaran biasanya menggunakan cara diskusi bareng,
presentasi, memakai Lcd proyektor, dan sistem tanya jawab. Peran guru
pendidikan agama Islam harus menjadi suri tauladan bagi muridnya, sikap guru
juga harus mencerminan akhlak mulia sehingga ia bisa menjadi panutan bagi
muridnya.
Fakta
yang ada tidak semua siswa mampu berperilaku sesuai dengan harapan, karena
tidak sedikit terdapat siswa yang berperilaku kurang baik yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor sebagai pendukung dalam pembentukan karakter atau sikap siswa.
Untuk mengatasi hal tersebut biasanya guru identik dengan menggunakan cara
seperti adanya teguran, sanksi, skore dan melakukan panggilan kepada yang
bersangkutan dari yang berwajib.
.
DAFTAR
PUSTAKA
Islamuddin, Haryu. 2012.
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nata,
Abuddin. 2009. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syukur,Suparman.
2004. Etika Religius. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Yusuf,
Anwar,Ali.2003. Studi Agama Islam.
Bandung: CV Pustaka Setia.
Mamun,
Sukron. Guru pendidikan agama Islam SMK
Roudlotus Saidiyyah Sukorejo
Gunungpati Semarang, 17
Desember 2016 Pukul 09.30 WIB.
Syaifi, Siswi kelas X Perbankan Syariah SMK
Roudlotus Saidiyyah Sukorejo Gunungpati
Semarang, 17 Desember 2016 Pukul 09.00
WIB.
[1] Abuddin Nata,Metodologi Studi Islam,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009),hlm
333.
[2]Ali Anwar Yusuf, Studi Agama
Islam,(Bandung; CV Pustaka Setia, 2003).hlm 174.
[3] Ali Anwar Yusuf, Studi Agama
Islam,(Bandung; CV Pustaka Setia, 2003).hlm 174.
[4] Suparman Syukur, Etika Religius,(
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2004),hlm 309,- 313.
[5]
Syaifi, Siswi kelas X
Perbankan Syariah SMK Roudlotus Saidiyyah Sukorejo Gunungpati Semarang, 17
Desember 2016 Pukul 09.00 WIB.
[6]
Sukron Mamun, Guru pendidikan
agama Islam SMK Roudlotus Saidiyyah Sukorejo Gunungpati Semarang, 17 Desember
2016 Pukul 09.30 WIB.
ConversionConversion EmoticonEmoticon